• Breaking News

    Senin, 01 April 2019

    Sampah Bantargebang Akan Diolah Menjadi Pembangkit Listrik

    Sampah Bantargebang Akan Diolah Menjadi Pembangkit Listrik

    Sampah Bantargebang Akan Diolah Menjadi Pembangkit Listrik

    Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan ada usulan tentang pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang akan di Tempatkan di Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantargebang akan memusnahkan sampah sekitar 100 ton per hari. Sedangkan listrik yang dihasilkan dari PLTSa itu bisa mencapai 700 kilowatt. Pengolahan sampah menggunakan teknologi termal, karena mampu memusnahkan sampah dalam waktu yang cepat dan signifikan. Teknologi ini pun dapat memusnahkan banyaknya sampah hingga kapasitas 50-100 ton per hari, dengan hasil listrik hingga 700 kilowatt, kata Hammam saat meninjau langsung pembangunan pengolahan sampah proses termal di kawasan TPA Bantargebang, pada hari Selasa.

    Hammam mengatakan permasalahan TPA sampah di Indonesia menjadi persoalan yang cukup pelik. Menurut dia, PLTSa ini merupakan opsi nyata untuk menuntaskan permasalahan timbunan sampah di perkotaan yang ada di Bantargebang. Kami dari BPPT tentu segera menyelesaikan fasilitas ini pembangkit listrik tenaga sampah pertama di Indonesia, sebagai solusi masalah timbunan sampah di kota kota besar, khususnya DKI Jakarta ini, ujar dia.

    Dia menjelaskan pembangunan PLTSa ini didukung oleh industri dalam negeri. PLTSa juga diyakini dapat menjadi percontohan sebagai teknologi sampah yang ramah lingkungan. Ini menjadi bukti BPPT mampu menghasilkan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Atau teknologi demand driven. Kita ingin memaksimalkan TKDN dan ini bisa kita laksanakan. Ini merupakan sebuah kebanggaan, ujar dia. Menurut Hammam, PLTSa ini harus terus dikaji untuk menghasilkan model terbaik jika ingin dibangun di tengah kota. Jadi model PLTSa ke depan, kalau mau dibangun di tengah kota, yang terpenting adalah bagaimana ini PLTSa dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya nanti. Hal ini pun merupakan penunjang dari Society 5.0, ujar dia.

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas LHK DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan teknologi yang diterapkan di TPA Bantargebang ini dapat menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia. Dia pun berterima kasih atas terobosan yang dilakukan BPPT untuk mengatasi timbunan sampah tersebut. Saya atas nama Pemprov DKI Jakarta mengucapkan terima kasih kepada BPPT atas kerja samanya, memberikan kepastian, legacy, bahwa BPPT mampu membangun PLTSa pertama di Indonesia, tutupnya.

    Akan di bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Bantargebang sudah resmi beroperasi. PLTSa Bantargebang ini diharapkan dapat memecah permasalahan pengelolaan sampah ibu kota dan kota bekasi sendiri. Atas nama Pemprov DKI, saya ucapkan terima kasih yang telah melaksanakan secara sungguh-sungguh dalam program pilot project PLTSa di TPST Bantargebang. Ini siap dioperasikan, ujar Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Setda DKI Yusmada Faisal di PLTSa Bantargebang, Ciketing Udik, Bantargebang, Kota Bekasi, pada hari Senin.

    PLTSa Bantargebang ini merupakan proyek kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemprov DKI. PLTSa ini menggunakan teknologi proses termal dengan kapasitas pengelolaan sampah mencapai 100 ton per hari. Output listrik yang dihasilkan mencapai 750 kWh. Listrik yang digunakan untuk keperluan internal PLTSa. Pembangunan PLTSa Bantargebang dimulai pada 2018. Sumber dana pembangunan dari APBN BPPT dab APBD DKI Jakarta.

    Menristekdikti RI Mohamad Nasir mengatakan, dalam sehari, DKI Jakarta memproduksi 8.000 ton sampah, sedangkan Kota Bekasi mencapai 1.800 ton. Adanya PLTSa ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah, baik di DKI maupun di Kota Bekasi. Ternyata setiap hari produksi sampah 8.000 ton (DKI Jakarta) dan Bekasi (produksi) 1.800 ton. Jadi (total) 10 ribu ton sampah. Karena hanya mampu produksi 100 ton/hari, tapi bagaimana 2.000 ton per hari. Jangan sampai berpikir (soal) komoditas kita dalam menyelesaikan sampah, tapi bagaimana Jakarta, Bekasi, dan kota bersih. Jangan bicara cost per kWh, ujar Nasir.

    Keberadaan PLTSa Bantargebang ini mendapat sambutan positif dari Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan. Ia berharap BPPT dapat membangun PLTSa dengan kapasitas pengelolaan sampah yang lebih besar, yakni 1.500 ton sampah per hari. Kita kan bisa dalam negeri, ngapain mesti impor? Saya tanya ke kepala BPPT, bisa nggak bikin 1.500 ton per hari, bisa nggak Pak? Kalau bisa buatan dalam negeri ya nggak apa-apa didukung. Yang model 150 ton sampah per hari itu bisa di kampung-kampung di Labuan Bajo, atau di kampung saya. Buat di situ, masukin katalog, nggak usah tender-tender lagi. Mesinnya itu dari China ya nggak apa-apa. Sepanjang kepentingan nasional kita buat aja. Make it simple, ujar Luhut.

    Mari temen-temen sekalian ayo kita kerjai pembanguan PLTSa ini di lokasi Bantargebang. Semua aturan sudah ada tinggal mengintegrasi aturan ini supaya jalan. Bayangkan kita udah pakai MRT, tapi ada sampah. Bangsa yang tidak sehat karena jorok, itu juga bermasalah. Kita lihat sisi positinya, ujar Luhut.

    Dari pantauan wartawan di lokasi, setelah meresmikan PLTSa Bantargebang, Luhut dan Nasir mengecek ruang kerja PLTSa, dari control room, ruang edukasi, hingga ruang rapat. Turut hadir dalam peresmian, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Pengetahuan

    Gaya Hidup

    Pendidikan