Terdapat Situs Di Tol Pandaan-Malang Menghadap Ke Persemayaman Para Dewa
Terdapat struktur sejarah dari bangunan suci yang ditemukan di Situs Sekaran menghadap ke Gunung Semeru. Tempat itu dulunya dipercaya sebagai persemayaman para dewa-dewa pada zaman dahulu kala. Kemiringan struktur bangunan mengarah ke arah timur laut. Posisi situs kita kompas arahnya mengarah ke sisi timur atau Mahameru, sementara pada bagian belakang Gunung Kawi barat daya, ungkap Ketua tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho ditemui di lokasi, pada hari Kamis.
Masyarakat Jawa pada zaman dulu, kata Wicaksono, baik di masa Budha ataupun Hindu sangat menghormati gunung-gunung sebagai tempat suci. Untuk wilayah Jawa Timur, Mahameru atau Gunung Semeru menjadi kiblat yang sangat dihormati. Masyarakat dulu mengorientasikan Gunung Semeru atau Mahameru menjadi titik kiblat yang disakralkan di wilayah Jawa Timur di masa lalu. Karenanya banyak situs termasuk Sekaran menghadap ke Mahameru, ungkap Wicaksono.
Arkeolog memperkirakan sementara tatanan bata yang ditemukan sebagai struktur bangunan suci, dengan adanya paduraksa atau gapura serta batur berada di bagian belakang. Kami memperkirakan sementara adalah bangunan suci, apakah masuk dalam kompleks permukinan atau sebuah puri ataupun kedaton harus dilakukan kajian lebih dalam untuk membuktikannya, terang Wicaksono.
Sejauh ini, arkeolog hanya menemukan satu pondasi bata paduraksa untuk sisi lain saat dilakukan ekskavasi penggalian belum menemukan pondasi pada sisi lainnya. Situs Sekaran berada di Km 37+700 tol Pandaan-Malang. Luasan penggalian mencapai 25x25 meter membentang dari timur laut ke barat daya. Pada hari terakhir penggalian arkeolog tengah mengukur batas-batas kawasan situs sebagai dasar rekomendasi yang akan diberikan kepada PT Jasa Marga.
Situs Sekarang diyakini sebagai kompleks bangunan yang menghadap Mahameru Gunung Semeru. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur memiliki sketsa gambaran untuk merekontruksi sementara area situs. Seperti apa? Kepala tim arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan ada beberapa sketsa bangunan yang memiliki kemiripan dengan temuan-temuan di Situs Sekaran.
Ada tiga dugaan yang mengarah untuk merekonstruksi area cagar budaya ini. Apakah lebih kepada sebuah kedaton, puri, atau hunian private yang dilengkapi tempat peribadatan, ujar Wicaksono kepada wartawan di lokasi, pada hari Kamis. Wicaksono membeberkan tiga sketsa yang dimaksud. Pertama, merujuk kepada struktur bangunan umat Hindu di Pulau Bali. Di sana, tata ruang hunian memakai konsep sanga mandala yang berdiri di dalamnya tempat peribadatan. Ditambah bangunan-bangunan lain seperti bale, dan juga lumbung.
Prakiraan kedua, situs Sekaran adalah sebuah kedaton atau keraton yang dihuni oleh seorang raja. Dalam konsep bangunan kedaton, area kompleks lebih luas dibandingkan hunian private atau pribadi. Tata ruang bangunan, berdiri semacam cluster-cluster yang didirikan sesuai peruntukannya masa itu. Selain ada gapura utama di bagian depan, gapura juga berdiri untuk menghubungkan satu ruangan ke ruangan lain.
Nah, gapura yang kita temukan disini Sekaran, apakah gapura rumah pribadi atau kedaton. Tentunya butuh kajian lebih mendalam dan penelitian yang nantinya melibatkan Balai Arkeologi Yogyakarta, terang Wicaksono. Sketsa gambaran terakhir atau yang ketiga, kata Wicaksono, situs Sekaran didirikan dengan konsep tata ruang puri yang dihuni bangsawan kala itu. Mirip tata ruang bangunan sebelumnya, puri pada bagian depan berdiri sebuah gapura atau paduraksa, dengan lebar pintu hanya 80 meter menggunakan pintu kupu tarung berbahan kayu.
Seperti puri umat Hindu yang ada di Pulau Bali, lanjut Wicaksono, di dalamnya berdiri bale dengan batur atau lantai berupa tatanan bata dengan ketinggian tertentu. Anak tangga dibuat sebagai akses menaikinya, sementara bagian atap menggunakan ijuk yang disokong oleh tiang terbuat dari kayu. Gambaran puri, seperti yang di Bali seperti itu. Batur atau altar yang kita temukan di belakang gapura, bisa jadi tempat peribadatan dalam puri tersebut, atau bale tempat para tamu. Lantai kompleks hanya terbuat dari tanah yang dipadatkan, sebut Wicaksono.
Ditanya gambaran tata ruang mana cenderung memiliki kecocokan dengan situs Sekaran? Wicaksono tak ingin berspekulasi terlalu jauh. Tiga gambaran tata ruang tersebut nantinya akan menjadi dugaan awal untuk dibuktikan selama penelitian. Untuk menyimpulkan, terlalu dini. Karena melalui penelitian mendalam yang akan dilakukan oleh Balai Arkeolog Yogyakarta. Tentunya kami sangat berharap tata ruang akan cenderung mengarah kepada sebuah kedaton. Jika melihat dari sebaran fragmen bata di area situs yang ditemukan, ungkap Wicaksono.
Ditambahkan Wicaksono, situs Sekaran diduga kuat berdiri pada masa pra-Majapahit. Bisa saja pada era Singosari ataupun Kadiri (Kediri). Didukung dari penemuan uang kepeng di lokasi situs, ada tiga uang gobog ditemukan pada masa tiga dinasti Cina. Yakni Han, Song dan Ming. Dinasti Han berdiri sebelum dinasti Song di abad 10. Sementara Dinasti Ming lebih muda pada era Majapahit. Uang kepeng juga ada ditemukan masa dinasti Han. Ini bisa menunjukkan jika situs Sekaran berdiri atau ada sebelum Singasari bahkan Kediri. Namun semua akan diteliti lebih dalam, tutur Wicaksono.
Alasan keberadaan uang kepeng masa itu, kata Wicaksono, sebagai transaksi perdagangan masyarakat zaman itu. Meskipun kerajaan di Jawa sudah memiliki mata uang sendiri yang disebut Ma. Tapi mata uang Ma harganya terlalu mahal, terbuat dari emas dan perak. Makanya uang kepeng banyak beredar masa itu , karena bisa dimiliki siapapun untuk alat transaksi perdagangan, papar Wicaksono.
Warga Dusun Sekaran, mulai memagari area situs bersejarah di tol Pandaan-Malang. Pemagaran untuk melindungi area situs yang baru saja dilakukan penggalian. Warga tidak mau peninggalan bersejarah itu rusak untuk masa depan anak dan cucu kita di Indonesia nanti. Pagar dibuat dari bambu yang kemudian dianyam untuk bisa menjadi penyekat. Koordinator keamanan Tamari (54), mengaku, banyak masyarakat yang datang memilih untuk mendekati area situs. Padahal, situs Sekaran banyak berupa tatanan bata yang rawan rusak, jika terinjak.
Pagar kami pasang untuk melindungi, karena banyak yang datang memilih untuk mendekat, kami khawatir bata yang ditemukan pecah dan rusak, ungkap Tamari ditemui wartawan di lokasi situs Sekaran, pada hari Senin. Sebelumnya, kata Tamari, ada bata yang pecah karena diduga terinjak. Hal ini khawatirkan akan terjadi kembali, jika pengunjung nekat berfoto dengan mendekati tatanan bata.
Yang datang untuk foto-foto ingin dekat, padahal area situs banyak bata-bata yang harus dijaga dan dilindungi. Kalau warga sini (Sekaran), mengerti, tetapi yang dari luar daerah yang kita khawatirkan, ungkap Tamari.
Warga juga membuat model pengamanan secara bergilir. Masing-masing RT diambil satu orang dalam setiap shif jaga yang berjumlah empat orang. Kita buat shif jaga bergiliran, satu RT diambil satu orang. Dalam satu shif yang jaga berjumlah 4 orang ditambah satu Linmas. Untuk malam semua terlibat mengawasi, beber Tamari.
Menurut dia, pengunjung bukan saja pada siang hari. Melainkan pada malam hari, sejumlah orang pernah terlihat datang. Mereka bersemedi dan membakar dupa di lokasi situs. Malam juga ada, pernah kita usir. Karena khawatir akan merusak adanya situs. Apa yang sudah ditemukan merupakan sejarah dari dusun kami, makanya harus dijaga kelestariannya, tegas Tamari. Situs Sekaran berada di Km 37+700 tol Pandaan-Malang, tepatnya di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Sebelumnya tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan penggalian selama 10 hari. Sejumlah tatanan bata ditemukan, hingga memperkirakan situs Sekaran adalah komplek permukiman kuno Pra-Majapahit yang didalamnya berdiri tempat peribadatan. Hari ini, BPCB Jawa Timur akan menyerahkan rekomendasi hasil ekskavasi situs Sekaran kepada Jasa Marga Pandaan-Malang. Pertemuan digelar siang nanti juga menyusun rencana pengalihan Km 37+700 karena ditemukan situs Sekaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar