Bekasi Ada Tempat Bersejarah Dijaman 1945 Yaitu Gedung Juang 45
Beginilah kondisi tempat bersejarah yaitu Gedung Juang '45 Bekasi yang terletak di Tambun, Kabupaten Bekasi saat ini memprihatinkan karena banyaknya kalong atau kampret yang menduduki plafon gedung tersebut. Bangunan peninggalan kolonial Belanda ini tidak terurus dan banyak kerusakan di sana-sini. Masalahnya ada dikampret yang mengitari gedung dan bersarang diatap gedung. Mau plafon kayak apa juga tetep aja kampretnya masih ada. Rusak lagi, rusak lagi, ujar relawan Gedung Juang, Lepay Mulyasarna, di Gedung Juang, Jalan Hasanudin nomor 5, Tambun, Kabupaten Bekasi, pada hari Selasa.
Lepay mengatakan Gedung Juang baru direnovasi tahun lalu sebelum Agustus. Namun, banyaknya kampret membuat plafon bangunan bersejarah tersebut kembali ambrol kembali. Sekarang berapa kali renovasi tetep aja ada kampret lagi. Percuma aja buang-buang anggaran, rusak lagi rusak lagi. Sudah ngomong sama dinas terkait tapi belum direspon-respon, ujar Lepay.
Lepay mengklaim terdapat jutaan kampret yang hinggap di atap Gedung Juang. Walau pengurus rutin membersihkan Gedung Juang dua kali dalam seminggu, namun kotoran masih berserakan. Rusaknya itu karena dikencingi dan kotorannya dia juga. Kampret kan lebih dari jutaan di sini. Dulu pas renovasi ilang, terus setelah renovasi balik lagi, ujar Lepay. Saking bau pesing, Lepay menceritakan kunjungan murid sekolah dasar tempo hari yang tak tahan hingga muntah.
Terakhir kunjungan dari SD Tanjung Priok kesini. Dibawah kita ajakin muter, pas keatas lantai 2 anak-anak SD tersebut pada muntah, ujar Lepay. Dari Pantauan wartawan, kondisi lantai dua bangunan tersebut penuh dengan kotoran kampret. Kotoran kelelawar memenuhi anak tangga hingga pinggir lorong. Aroma bau pesing menyengat tercium di lantai 2. Sejumlah atap plafon Gedung Juang bolong. Sebagian plafon ada yang masih menggantung di atap. Sementara lantai juga sangat kotor.
Tempat bersejarah Gedung Juang 45 di Tambun, Bekasi, menyimpan banyak sejarah yang anak-anak muda belum ketahui. Selain bangunannya yang merupakan peninggalan Belanda, di dalam gedung itu ternyata terdapat bungker yang terhubung ke Stasiun Tambun. Hal itu diungkapkan Bupati Bekasi Eka Supri Atmaja saat meninjau Gedung Juang. Eka mengatakan bungker itu memiliki ukuran panjang 100 meter.
Bungker tersebut dapat mengakses ke stasiun Tambun. Ini bungker akan kita gunakan untuk perpustakaan digital, ujar Eka di Gedung Juang 45, Jalan Sultan Hasanudin, Tambun, Bekasi, pada hari Selasa. Eka menyebut pihaknya akan memfungsikan kembali bungker itu sebagai perpustakaan digital. Renovasi dianggarkan pada 2020. Bungker ini akan kita fungsikan kembali karena ini unik sekali dan hanya ada di Kabupaten Bekasi. Anggaran ini perencanaan di awal 2020, ujar Eka.
Eka berencana menjadikan bangunan bersejarah itu sebagai pusat kebudayaan di Kabupaten Bekasi. Ingin sekali Gedung Juang ini menjadi pusat kebudayaan Kabupaten Bekasi. Rencananya sudah kita anggarkan dan tahun 2020 sudah dilaksanakan, lanjut Eka. Eka mengatakan pihaknya telah menyiapkan desain untuk pusat kebudayaan tersebut. Di tempat itu, nantinya akan dibangun perpustakaan digital hingga tempat wisata kuliner untuk menarik perhatian pengunjung.
Nanti ada biorama, perpus digital, dan tempat kuliner juga, ujar Eka. Terkait kondisi gedung yang tidak terurus, Eka mengakui gedung tersebut kurang terawat. Ia berharap rencananya menjadikan tempat itu sebagai pusat kebudayaan bisa menghidupkan kembali Gedung Juang dan melestarikannya. Nanti akan kita bersihkan kotoran terlebih dahulu. Memang kelelawar ini sudah lama ya. Gedung ini tidak terawat dengan baik sehingga kekelawar tersebut bersarang diatas atap gedung. Tapi setelah kita ubah barangkali akan jauh berbeda dan akan lebih baik, katanya.
Dalam kesempatan itu, sahabat Eka sekaligus mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, menyebut Gedung Juang ini merupakan barang mahal. Bangunan sisa zaman kolonial ini dianggap dapat menjadi sarana pendidikan bagi masyarakat. Ini barang mahal, tidak bisa ditukar dengan uang. Kemudian, tidak ada daerah yang memiliki ini. Di tempat ini bisa dibangun konten yang bagus untuk pendidikan. Nanti ini menjadi miniatur kebudayaan Bekasi, ujar Dedi.
Dedi juga menyarankan perlunya kerja sama dengan para arkeolog dan teknik sipil khusus bungker untuk merenovasi bungker tersebut. Betapa kerennya nanti di museum bungker dibuat museum digital. Biar di tembok ada lukisan-lukisan panorama Bekasi, ujar Dedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar